04/07/11

Cerita Siang: Ingat Memori Lalu

Selamat siang. Tidak terasa ternyata sudah cukup lama saya tidak mengisi blog ini artikel-artikel yang saya rasakan cukup menarik untuk diketahui. Seorang teman bertanya pada saya beberapa hari yang lalu, mengapa saya tidak menulis dalam blog ini lagi? jawabannya
sudah pasti saya jatuhkan pada kesibukan saya di sekolah.
Setahun terakhir ini, saya cukup sibuk membuat diri saya konsentrasi penuh pada urusan sekolah. Terutama karena tahun ajaran terakhir adalah awal pertama bagi saya terjun dalam dunia wajib belajar, olimpiade. Awalnya, yang membuat saya tertarik ikut olimpiade hanya untuk 'membunuh' rasa bosan saya karena memiliki terlalu banyak waktu luang. Apalagi dengan dukungan beberapa orang di sekitar yang katanya mereka saya memiliki potensi. Sayang, di jurusan IPS hanya ada 1 jenis olimpiade membuat saya tidak dapat pilah-pilih. Walau demikian, saya cukup antusias mengenal lebih dalam dunia keuangan, inilah olimpiade ekonomi.

Saya mengalami banyak cerita selama saya menjalani kegiatan saya dalam olimpiade ekonomi. Saya beserta beberapa siswi lain dilatih untuk mewakili sekolah dalam berbagai kompetisi yang berkaitan dengan ekonomi. Sayangnya, olimpiade ekonomi bisa dikatakan sebagai olimpiade paling 'buntut' di sekolah. Entah mengapa demikian, yang jelas saya dan teman-teman sangat merasakan itu. Salah dua buktinya, beberapa hasil perjuangan kami mendapatkan juara (bahkan kami 'lahap' semua juara dari juara 1,2, dan 3) tidak disebutkan pihak sekolah saat bagian pengumuman dan terimakasih di upacara, juga walaupun ada ucapan di upacara selalu untuk ekonomi disebutkan paling terakhir. Sangat tragis dan dramatis, bukan?

Selain itu, saya merasakan banyak kesalahpahaman di antara siswi lain dalam olimpiade ekonomi. Semenjak saya naik ke kelas 11 jurusan IPS, saya mencoba menjadi tertutup. Banyak alasan, salah satunya karena saya tidak ingin bacot lagi. Alhasil, semuanya menjadi lebih buruk. Tidak banyak yang mau berteman dengan saya di kelas, terutama setelah saya mengecewakan teman-teman di kelas karena tingkah saya yang berbeda 180 derajat dengan keseharian mereka. Maklum, sebelumnya saya lebih sering ditempatkan di kelas IPA, yang rata-rata murid-muridnya penuh ambisi, selalu ingin menang, tidak mudah tersingung jika 'dihajar' lawan dan malah melakukan pembalasan secara sehat. Murid dari kelas IPS lebih bersifat kekeluargaan, saling tolong-menolong, dan suka memberontak. Saya menyesali perbuatan saya ini. Seharusnya, dari awal saya harus tahu diri karena masuk ke lingkungan 'orang lain'.

Dikarenakan hal tersebut, saya mulai semakin berdiam diri sendirian karena saya khawatir akan 'dijatuhkan' jika murid lain mengetahui pikiran dan hati saya. Saya lebih memilih untuk berperilaku "random" agar mereka sulit mengerti pola saya. Saat belajar pula, saya tidak berbaur dengan siswi lain dalam olimpiade ekonomi. Alasan utama saya adalah mereka lebih banyak bergosip daripada 'menyerap' ilmu. Saya tidak ingin ngomel kepada mereka karena saya sadar saya bukan ibu mereka, atau akan makan hati setelah semakin dibenci karena saya mencoba mengatur-ngatur mereka.

Saya diam dan coba tebak apa yang terjadi setelahnya... Mereka mulai menjelek-jelekan saya di belakang dengan mengatakan saya memisahkan diri dari mereka karena tidak ingin berbagi informasi padahal mereka sudah berbagi informasi pada saya. Saya sungguh sedih, mereka tidak konfirmasi terlebih dahulu hal yang sebenarnya saya rasakan dan apalagi saya tidak ingat apa mereka pernah berbagi informasi kepada saya. Hal yang saya ingat adalah setiap kali saya mencoba berbaur dengan mereka dengan duduk bersama, saya malah diusir dengan halus dengan berpura-pura tidak ada cukup tempat duduk lagi di situ atau udara terlalu panas untuk duduk berdempetan. Juga jika mereka asik berbincang-bincang, setelah saya mampir ke situ, mereka malah berpura-pura mulai belajar dan berhenti berbicara seolah-olah saya tidak diizinkan ikut berbincang-bincang. Saya sungguh sedih dengan perlakuan mereka. Hanya mami (sebutan saya pada ibu saya) yang saya ceritakan perlakuan mereka. Bahkan saya tidak percaya murid di kelas atau guru di kantor guru untuk saya bagi cerita hidup saya. Saya melihat 'permainan' mereka dan saya takut untuk berbagi cerita.

Cerita itu hanya sepenggal kecil saja, masih banyak yang lain (seharusnya setiap terjadi kejadian sejenis ini, saya catat hingga saya punya cerita untuk diceritakan). Setiap saya mengalami hal-hal yang saya anggap tidak adil ini, saya diam karena saya yakin akan ada balasan setimpal untuk membuatnya adil. Selain itu, saya juga sadar bahwa saya buka anak SD yang perlu lapor setiap mengalami kejadian 'super' dalam kesehariannya pada guru. Cukup saya cerita di sini selain cerita dengan mami saya.

Dari cerita ini, saya ingin berbagi pada pembaca bahwa kita tidak seharusnya menjahati pada orang lain. Juga jika kamu menjadi korban seperti saya, diam saja dan terus berdoa agar keadilan itu datang :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca, silahkan tulis komentarmu di sini :) Saya akan sangat senang untuk meresponnya