16/11/13




Tuesday, June 15, 2010


KARMA dan NASIB


KARMA dan NASIB

Memahami Hukum Karma, Merintis Jalan Menuju Perbaikan Nasib

Buku ini kami sumbangkan dengan cuma cuma untuk Saudara-saudara se-Dharma. Dengan harapan, semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita akan agama Budhha.


Dengan pengertian benar serta keyakinan yang kuat, semoga kita senantiasa dapat melaksanakan Dharma dalam kehidupan sehari-hari ; yang akan membawa keselamatan dan kebahagiaan bagi kita semua.

Semoga semua makhluk berbahagia !

Dipersembahkan dengan penuh cinta kasih oleh :

BUDIMAN TEDJA
AGUNG INGGRIANI
GRACE NOVIANA B TEDJA
AGUNG SUGITO
KIKI ROBERT B TEDJA
LEVINA FELITA B TEDJA
RICO RICARDO A.Md Kom

Jakarta Barat – Indonesia


KATA PENGANTAR

Saya menulis buku ini, dari awal hingga akhir memakan waktu kira-kira satu tahun. Penyebab utamanya adalah tugas-tugas yang lain yang sangat banyak sehingga penulisan buku ini terputus-putus. Berkat dorongan dari teman-teman saya maka akhir-akhir ini dalam waktu kurang lebih setengah tahun saya meluangkan waktu saya untuk menyelesaikan buku ini. Berhubung saya bukan penulis komik, maka untuk menulis buku ini saya harus memeras otak dan kemampuan saya supaya buku ini bisa tersusun dengan baik dan berguna bagi pembaca. Isinya pun saya sajikan dengan sederhana berdasarkan fakta yang pernah saya alami dan saksikan.

Didalam buku ini saya hanya menulis dua contoh cerita padahal yang mau ditulis cukup banyak dan semuanya pernah terjadi. Tetapi cerita-cerita tersebut kurang lebih hampir sama maka saya hanya mengambil dua contoh cerita saja.

Buku ini tidak untuk dijual. Bagi semua pihak yang pernah membantu hingga tercapainya pencetakan buku ini baik secara moril material saya ucapkan banyak-banyak terima kasih. Semoga para Buddha dan Posat berwelas asih memberkati kita semua

Liu Ie Yung, Hongkong 1984


CARA YANG MUDAH & SATU-SATUYA CARA UNTUK MENGUBAH NASIB :

Banyak sekali orang yang pada saat mengalami hambatan dalam hidup, dagangan rugi, kehancuran rumah tangga, gangguan kesehatan atau banyak kesulitan-kesulitan selalu pergi mencari suhu-suhu dan minta nasihat atau meramal nasib. Apabila nasibnya baik mereka akan pulang dengan senang hati tetapi kalau ramalannya jelek maka merka akan pulang dengan wajah yang kusuh.

Manusia di dunia ini bermacam-macam, ada tang naik daun ada juga yang jatuh. Saya merasa bahwa manusia di dunia ini benar-benar diatur oleh nasib. Segala perolehan dan kehilangan harta dan kedudukan, gembira dan sedih, pertemuan dan perpisahan semuanya tidak lepas dari pengaturan nasib, banyak sekali orang yang mencoba untuk merubah nasibnya tapi kebanyakan mereka tidak mengerti caranya sehingga akhirnya hasilnya nol. Mereka yang datang meramal dan nasibnya kurang bagus, selalu bertanya apakah ada cara untuk merubahnya. Saya akan menjawab “Ada!”

Bagaimana caranya? Mau menjawab pertanyaan ini kita harus mengerti dulu : Apa yang menyebabkan timbulnya nasib yang baik dan buruk dan siapa yang mengatur itu semua.

(1) BAGAIMANA TERJADINYA NASIB BAIK DAN BURUK

Ada orang bilang bahwa begitu bayi lahir nasibnya sudah digariskan. Maka peramal bisa mengatakan nasib seseorang dari tanggal dan jam lahirnya. Manusia di dunia ada yang kaya, yang miskin, yang enak, yang sengsara. Apakah hal ini dewa yang menentukan nasib kita tidak adil? Orang yang nasibnya buruk sering memandang langit dan bertanya : Kenapa orang lain bisa bertambah makmur sedang saya bernasib begitu buruk ?

Orang yang perkawinannya hancur sering bertanya : Kenapa orang lain rumah tangganya bisa begitu harmonis, sedangkan saya berantakan ?

Sering kita membaca Koran mengenai peristiwa tabrakan. Kita lalu berpikir kenapa orang itu bisa mempunyai nasib yang begitu buruk ?

Para peramal biasanya menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan mengatakan bahwa hal itu karena disebabkan tanggal dan jam lahirnya yang kurang bagus.

Tetapi kenapa tidak ada orang yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan :

Kenapa manusia lahirada yang tanggal dan jam lahirnya bagus, ada yang jelek. Apakah Thian ( istilah untuk langit atau Tuhan ) begitu tidak adil ?

Mau menyelidiki atau mendalami tentang sumber dari nasib kita harus mengerti dulu mengenai “sebab-akibat tiga jaman” dan nasib mempunyai hubungan apa ?

Ternyata dasar daripada nasib seseorang ditentukan oleh “sebab” dan “akibat”. “Sebab-akibat tiga jaman” mempunyai makna bahwa karena perbuatan kita pada kehidupan yang lampau maka kita menerima akibat dari perbuatan tersebut pada kehidupan sekarang, demikian juga kehidupan kita yang akan datang ditentukan oleh perbuatan kita yang sekarang. Demikianlah sirkulasi sebab-akibat akan menciptakan masa lampau, masa kini, dan masa mendatang. Dalam ajaran agama Buddha ada istilah yang terkenal
“Ingin mengetahui perbuatan kita di masa lampau, lihatlah kehidupan yang sekarang. Ingin mengetahui kehidupan kita di masa mendatang lihatlah perbuatan kita sekarang”.

Artinya :
Pada kehidupan lampau anda menanamkan suatu perbuatan maka pada kehidupan yang sekarang anda akan memetik hasilnya. Demikianlah juga pada masa sekarang anda melakukan suatu perbuatan maka anda akan memetik hasilnya pada masa mendatang.

(1) Di dunia ini pria dan wanita yang mempunyai hati yang busuk sering membunuh binatang tanpa perasaan sedih dan menyesal. Membunuh secara langsung atau tidak langsung, sama saja berbuat dosa. Sesudah mati akan masuk neraka dan menerima hukuman di neraka. Setelah menjalani hukuman akan dilahirkan kembali ke dunia tetapi akan berumur pendek atau berpenyakitan.
(2) Di dunia ini pria dan wanita yang berbudi luhur, tidak membunuh binatang bernyawa baik langsung maupun tidak langsung, setelah meninggal akan menikmati hidup senang di alam baka. Pada waktu dilahirkan kembali akan menikmati panjang umur.
(3) Di dunia ini pria dan wanita yang sering menggunakan kayu untuk memukul atau menyiksa binatang atau melukai orang lain, setelah meninggal akan mengalami hukuman di neraka dan setelah dilahirkan kembali akan mendapat banyak penyakit.
(4) Di dunia ini pria dan wanita yang sering membenci atau marah, setelah dilahirkan kembali akan bermuka jelek
(5) Di dunia ini pria dan wanita yang kalau melihat orang lain beruntung atau berhasil lalu menggunakan kemampuan sendiri untuk menghalangi mereka supaya tidak berhasil, setelah meninggal akan mengalami hukuman di neraka dan setelah dilahirkan kembali setiap keinginan selalu gagal atau banyak halangan.
(6) Di dunia ini pria dan wanita yang seharusnya menghormati seseorang tapi tidak menghormati, seharusnya merawat seseorang tapi tidak merawat dan selalu bersikap sombong maka setelah meninggal akan mengalami hukuman di neraka dan setelah di lahirkan kembali akan menjadi orang hina dina dan tidak di hormati.
(7) Sebaliknya pria dan wanita di dunia ini bila selalu menghormati orang yang patut dihormati dan tidak pernah sombong, setelah meninggal akan hidup senang di alam baka dan setelah dilahirkan kembali akan menjadi orang yang selalu dihormati dan disegani baik lawan maupun lawan.
(8) Di dunia ini pria dan wanita kalau terlalu pelit dan tidak pernah mengeluarkan uang untuk menolong orang miskin, juga tidak mau menyumbang obat-obatan kepada orang miskin yang sedang sakit atau selalu serakah memanipulasi harta orang lain maka setelah meninggal akan dihukum di neraka dan setelah dilahirkan kembali akan menjadi orang miskin.
(9) Di dunia ini pria dan wanita kalau hidupnya tidak pelit dan sering menyediakan dana untuk menolong orang miskin dan menyediakan obat-obatan untuk menolong mereka yang sedang sakit-sakitn maka setelah meninggal akan hidup senang di alam baka dan setelah dilahirkan kembali akan menjadi orang kaya dan terpandang.

Contoh-contoh di atas hanya sebagian kecil saja dari cuplikan ajaran di kitab suci Buddha. Dari contoh tersebut kita bisa mengetahui prinsip sebab-akibat kebajikan dan kejahatan, yaitu : Menanam biji semangka berbuah semangka, menanam biji kacang berbuah kacang.

Prinsip sebab-akibat sangatlah adil dan siapa yang berbuat dia yang akan menanggung akibatnya.

Disamping contoh di atas masih ada lagi aturan sirkulasi sebab-akibat yang lebih rumit. Misalnya saling balas dendam adalah contoh sirkulasi yang bersifat balas dendam demikian juga saling balas budi adalah contoh sirkulasi sebab-akibat.

Banyak juga sebab-akibat yang dibalas pada satu masa. Misalnya, pada masa kehidupan yang sekarang banyak berbuat baik dan balasannya terjadi pada masa sekarang juga. Tetapi banyak juga yang dibalas setelah beberapa kali dilahirkan kembali ke dunia. Itu semua tergantung dari sedikit banyaknya kebajikan atau kejahatan yang pernah dia lakukan.

(2) SIAPAKAH YANG MENENTUKAN NASIB KITA ? APAKAH PRINSIP UNTUK MENGUBAH NASIB KITA ?

Siapakah sebenarnya penentu nasib kita untuk menjadi kaya, miskin, berkedudukan, hina dina ?

Padahal pada prinsip sebab-akibat sudah dijelaskan bahwa penentu nasib kita bukan orang lain tapi diri kita sendiri. Oleh karena itu nasib kita pada kehidupan yang a yang sekarang ini ditentukan oleh perbuatan kita pada kehidupan kita yang lampau.

Banyak orang bertanya kepada saya : ”Saya sudah banyak sekali berbuat amal, banyak membantu orang tapi malah kenapa banyak orang membenci saya ?”

Banyak juga orang bertanya kepada saya “Saya sudah banyak berbuat amal tapi kenapa hidup saya banyak mendapat halangan sedangkan orang lain yang berhati culas malahan bertambah jaya ?”.

Sebenarnya apa yang dilakukannya sekarang tidak harus mendapat balasan begitu cepat, ada yang mendapat balasannya di hari tua, tapi sebagian besar mendapat balasannya sesudah mereka dilahirkan kembali di masa mendatang. Sedangkan apa yang mereka dapatkan sekarang, sebagian besar adalah hasil perbuatan mereka di masa lampau. Pada kehidupan kita sekarang banyak berbuat tapi selalu hidupnya sengsara, banyak halangan. Ini semua karena hutang dosa kita pada kehidupan masa lampau yang harus dibayar pada kehidupan yang sekarang. Setelah hutang-hutang ini terbayar barulah kita bisa menikmati hasil perbuatan baik kita.

Pada kehidupan yang sekarang hidupnya sangat jaya, itu adalah hasil dari perbuatan baik kita pada masa lampau. Setelah hutang ini terbayar barulah kita akan di hukum karena dosa-dosa kita pada masa sekarang.

Kalau hutang kita pada masa lampau sangat berat, maka pembayaran hutang pada masa kini sangat panjang. Jika sebaliknya maka pembayaran hutang akan lebih pendek. Hal ini sangatlah adil.

Oleh karena itu, waktu untuk mendapatkan balasan dari perbuatan baik dan buruk kita tidaklah sama. Ada yang baru beberapa tahun sudah kelihatan balasannya, ada yang sepuluh tahun atau puluhan tahun, ada yang dibalas sesudah dilahirkan beberapa kali.

Jangan lupa pada bagian terpenting dari hokum sirkulasi : Orang yang menanam dosa lalterlalu banyak, karena hutangnya terlalu berat maka orang yang demikian waktu di lahirkan kembali mungkin akan menjadi binatang dan mungkin harus dilahirkan beberapa kali sebagai binatang barulah bisa lahir kembali sebagai manusia. (Ini lebih jelas lagi pada “tumimbal lahir”). Hukum sirkulasi untuk balasan kebaikan dan keburukan mempunyai gejala saling mempengaruhi. Umpamanya : Pada kehidupan yang lampau banyak menanam kebajikan, pada kehidupan yang sekarang seharusnya bisa menikmati hasil kebajikan kita selama sepuluh tahun, tapi karena pada kehidupan sekarang banyak melakukan dosa maka waktu untuk bisa menikmati hasil kebajikan kita bisa berkurang beberapa tahun. Demikian juga sebaliknya, bila kita banyak melakukan kebajikan pada kehidupan yang sekarang, maka ini bisa mengurangi masa hukuman dari dosa-dosa yang pernah kita lakukan di masa lampau.

Ilmu hitung “Pengurangan dan penambahan” berlaku disini tergantung mana lebih berat antara dosa dan kebajikan kita dan kita akan menikmati hasilnya. Inilah yang kita sebut : Nasib kita yang menentukan. Hok-kie kita yang minta. Ini juga prinsip untuk mengubah nasib kita yang jelek.

Bila seseorang pada kehidupan yang lampau dengan sengaja ataupun tidak sengaja telah menentukan nasib jeleknya pada kehidupan yang sekarang maka dia harus cepat-cepat sadar dan mulai banyak berbuat amal supaya timbangan amalnya lebih berat dari dosa-dosa yang pernah dilakukannya dan bisa mengurangi masa hukumannya. Apabila perbuatan amalnya tidak pernah terputus maka suatu saat akan tiba masanya dia menikmati hasil kebajikannya. Inilah satu-satunya prinsip untuk mengubah nasib jelek menjadi nasib baik.

Pada jaman dinasti Ming ada seorang laki-laki bernama Yen Le Fan. Dia secara jangka panjang melakukan perbuatan amal tanpa putus-putusnya dan telah mengubah nasib dari pendek umur, tidak punya anak dan tidak terkenal menjadi sebaliknya. Inilah cerita selengkapnya : Yen Le Fan tinggal di Ciang Nan, masa mudanya keaadan keluarganya miskin. Suatu hari dia jalan-jalan ke Klenteng Chi Yin dan bertemu dengan orang tua She “Kong”, rupanya Kong adalah seorang peramal jitu dan Yen mengundang si orang tua ini pulang untuk meramal keluarganya. Ternyata semua yang disebutkan benar-benar jitu dan pada saat giliran Yen diramal, Kong dengan tidak ragu-ragu mengatakan bahwa pada umur sekian dia akan lulus ujian sarjana muda, pada umur sekian lulus ujian sarjana, tapi dia tidak akan lulus ujian untuk menjadi pejabat tinggi dan hanya akan menjadi pegawai rendahan. Tidak akan punya anak. Umurnya hanya 53 tahun, meninggal tanggal 14 bulan 8 jam 9.00

Setelah lewat beberapa tahun, semua yang diramalkan benar-benar terjadi, sehingga Yen percaya bahwa nasib baik dan buruk sudah ditentukan sejak lahir dan tidak miungkin dilawan, maka sejak itu Yen tidak pernah punya cita-cita, dia hanya menjalankan hidup sesuai nasib.

Suatu hari Yen pergi ke Nan King dan disana dia bertemu dengan seorang bhiksu. Bhiksu tersebut menjelaskan kepada Yen mengenai Hukum sebab-akibat dan mengenai teori “Nasib kita yang menentukan , Hok-kie kita yang minta”. Bhiksu tersebut juga menasehati Yen agar tidak menyerah kepada nasib.

Melalui ceramah bhiksu tersebut, Yen menjadi sadar dan mengambil keputusan untuk menciptakan nasibnya sendiri. Mula-mula ia sembah sujud di hadapan Buddha dan mengakui semua kesalahan-kesalahannya dimasa lampau diikuti dengan rasa penyesalan. Lalu bersumpah untuk melakukan 3000 perbuatan amal. Setiap hari dia mencatat perbuatan baik dan buruknya di buku catatan. Tidak lewat dua tahun, meskipun belum genap 3000 perbuatan amal tapi dia sudah berhasil lulus dalam ujian menjadi pejabat tinggi. Hasil ramalan Kong sudah tidak cocok. Sesudah itu dia bersumpah lagi untuk melakukan 3000 perbuatan amal untuk memohon anak. Ternyata belum lewat setengah tahun dia sudah berhasil mempunyai anak. Suami istri Yen sangat gembira dan mereka menjadi lebih rajin berbuat amal, menolong orang miskin dan sakit, melepas makhluk hidup, membaca kitab suci (Liam Keng). Sesudah genap 3000 perbuatan amal, mereka tetap rajin berbuat amal sampai akhir ayatnya dan ternyata Yen Le Fan bisa hidup sampai umur 74 tahun. Semua ramalan Kong tidak berlaku lagi.

(3) SEMBAHYANG KE DEWA & BUDDHA APAKAH DAPAT MENGUBAH NASIB ?

Ada banyak orang dengan tulus bersembahyang di depan dewa dan Buddha untuk minta dilindungi, diberi rejeki, diberi Hok-kie, diberi anak, diberi kesehatan, diberi jodoh, sampai-sampai ada yang mohon diberi panjang umur. Apakah permohonan mereka bisa dikabulkan? Kalau dapat, bukankah nasib bisa di ubah dalam waktu yang cepat ? Pertanyaan ini pasti pernah terlintas dalam pikiran kita. Hendak menjawab pertanyaan ini kita harus mengerti 3 hal dibawah ini.

(A) Sembah sujud dihadapan para dewa dan Buddha mempunyai makna apa ?

Di negara Asia setiap hari besar kelenteng banyak sekali orang datang bersembahyang dan pada umumnya pasti mempunyai permohonan, tetapi jarang sekali diantara mereka yang mengerti makna dalam sembahyang. Andaikata saudara saling membunuh, merampok, menjual obat bius, dan setelah berhasil, saudara membeli makanan yang enak-enak untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa sambil memohon supaya dilindungi dan diberkati. Apakah Dewa-dewa yang berbudi luhur bisa mengabulkan ? kalau sehari-harinya saudara jarang berbuat amal dan tidak pernah memberi sedekah kepada fakir miskin, tetapi pada saat sembahyang anda membeli barang-barang sembahyang yang mahal sambil memohon supaya diberi rejeki. Biarpun anda memohon sampai jidat anda lecet, dewa yang benar dan berbudi luhur tidak akan menerima barang-barang anda dan mengabulkan permohona anda.

Prinsipnya adalah semua permohonan kita mungkin dikabulkan oleh para Dewa dan Buddha apabila perilaku dalam kehidupan sehari-hari selalu benar dan banyak membantu orang.

Inti daripada sembahyang adalah menghormati dan rasa terima kasih kepada para dewa dan Buddha.

Umpamanya sembahyang kepada Dewi Kwan Im, kita harus menunjukkan rasa hormat dan terima kasih atas semua yang dilakukan Dewi Kwan Im yaitu berwelas asih dan selalu menolong orang. Selain itu dalam kehidupan sehari-hari kita juga harus selalu ingat dan belajar berwelas asih seperti Dewi Kwan Im. Dalam jangka panjang secara otomatis para Dewa dan Buddha akan datang melindungi dan memberi rejeki kepada kita.

Saya percaya semua agama adalah baik. Umpamanya agama Kristen pada saat berdoa, seharusnya kita dalam hati merasakan hormat dan terima kasih kepada Yesus, yang mau berkorban mati demi umat manusia. Hati welas asih dari Yesus seperti juga welas asih dari Dewi Kwan Im perlu kita hormati dan tiru, supaya lebih banyak lagi manusia di dunia ini bisa kita tolong dan dunia menjadi lebih damai.

Ada orang bilang bahwa menyembah patung Dewa dan Buddha adalah penyembahan berhala. Itu adalah pendapat orang awam yang pengetahuannya dangkal, kita tidak perlu berdebat mengenai apakah patung-patung tersebut mempunyai roh dan kesaktian. Asalkan kita bisa serin-sering memandang patung-patung tersebut untuk memperingatkan kita jangan berbuat jahat dan hal-hal yang merugikan orang lain. Lebih-lebih kalau kita bisa meniru semangat dari patung-patung tersebut (dulunya pernah hidup di dunia) yang pada masa hidupnya sering menolong orang dan mempraktekkan kebajikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Ini akan memberikan amal yang luar biasa kepada kita.

(B) Bersembahyang dihadapan Dewa dan Buddha apakah termasuk berbuat amal dan menanamkan kebajikan ?

Teringat kejadian empat tahun yang lalu, saya pernah membantu untuk megatur Hong Shui keluarga Chou. Tuan rumah wanitanya tidak putus-putusnya mengeluh mengenai Hong Shui rumahnya yang begitu jelek, sehingga dagangannya sepi, orang-orang serumah pada sakit-sakitan, anak sulung bergaul dengan orang yang tidak benar… Saya hanya mendengarkannya dengan sabar. Setelah dia selesai bercerita, saya dengan wajah serius menasehati dia untuk banyak-banyak berbuat amal supaya bisa menghilangkan hal-hal yang jelek tersebut. Tidak sangka begitu mendengar kata-kata saya dia menjawab dengan keras: ”Anda bilang saya tidak pernah berbuat amal ? Saya setiap hari sembahyang kepada Thian (Tuhan) dan Buddha dan sudah bersembahyang selama 5-6 tahun. Berapa banyak uang yang sudah saya habiskan untuk membeli kertas emas untuk dibakar, perbuatan amal ini saya rasa cukup banyak tapi kenapa tidak ada balasannya juga”

Saya balik bertanya :”Anda sudah bersembahyang kepada Buddha selama 5-6 tahun, apakah anda juga ada meniru cara hidup Buddha dengan menolong orang sakit dan miskin ?” Dijawabnya :”Saya sendiri miskin bagaimana bisa membantu orang”.

Saya bertanya lagi :”Jika anda tidak pernah mengeluarkan uang untuk membantu orang, apakah anda pernah mengeluarkan tenaga untuk membantu orang lain ?”

Dia berpikir sebentar lalu menjawab :”Juga tidak begitu”.

Saya bertanya lagi :”Apakah anda pernah membeli ayam dan bebek untuk dimakan ?”.

Dia menjawab :”Ya pasti pernah. Masakah saya tidak boleh makan”.

Saya bertanya lagi :”Anda ada uang untuk membeli ayam untuk dimakan, apakah anda pernah membeli burung untuk dilepaskan kea lam bebas ?”

Dia menjawab :”Tidak pernah”.

Saya bertanya :” Anda sering bersembahyang kepada Buddha apakah anda pernah membaca kitab suci (Liam Keng) ?”. Dia menjawab :”Saya tidak bisa baca”.

Saya bilang :”Dari semua pertanyaan diatas, tidak satupun yang pernah anda lakukan, darimana anda bisa mengharapkan balasan dari perbuatan amal anda ?”.

Dia bilang :”Saya bersembahyang kepada Buddha bukankah termasuk perbuatan amal ? Saya benar-benar tulus dan serius”. Saya bilang :”Perbuatan amal itu harus ditujukan demi kebaikan umat manusia dan makhluk hidup yang lain. Sedangkan anda sembahyang hanya memohon untuk keselamatan keluarga anda sendiri. Biar bagaimana seriusnya anda, hal ini tidak bisa dibilang berbuat amal”.

“Buddha sangat welas asih dan seperti seorang ibu. Dalam hatinya dia mengharapkan semua manusia bisa terlepas dari belenggu keduniawian (tumimbal-lahir). Asalkan anda bisa meniru hati pikiran Buddha untuk menolong kehidupan manusia, Buddha pasti datang untukmelindungi anda. Kalau anda tidak bisa meniru cara berpikirnya Buddha, meskipun setiap hari rajin sembahyang dan sujud dihadapan Buddha, juga tidak ada gunanya. Biarpun Buddha welas asih. Tapi mereka juga ada batasan dalam membagikan Hok-kie”.

(C) Memohon kepada Dewa dan Buddha untuk memberikan rejeki dan Hok-kie apakah bisa manjur ?

Memohon kepada Dewa dan Buddha untuk memberikan rejeki dan Hok-kie, sampai-sampai memohon kedudukan, keturunan, jodoh, menangkal malapetaka, penyembuhan penyakit, dan lain-lain semuanya itu pasti bisa dikabulkan. Tetapi permohonan tersebut bisa dikabulkan dengan syarat yaitu harus melakukan perbuatan amal dengan jumlah tertentu. Seperti contoh cerita Yen Le Fan diatas.

Dari sini bisa diketahui bahwa berbuat amal merupakan syarat yang sangat penting dalam dikabulkannya permohonan kita. Memang Buddha sangat welas asih, tapi Buddha pasti tidak akan sembarangan memberi Hok-kie dan rejeki ke sembarang orang.

Dari sini bisa diketahui Dewa dan Buddha pasti tidak akan meninggalkan prinsip “Menanam kebaikan mendapatkan hasil kebaikan, menanam kejahatan mendapatkan hasil kejahatan”.

Saya akan menceritakan hal yang benar-benar pernah terjadi. Tahun lalu saya pernah berkunjung ke sebuah kelenteng dan melihat seorang perempuan sedang sembahyang di depan Dewa Lie Cu Sie turun dan merasuki seorang suhu sambil menuliskan pesannya yang ditujukan kepada perempuan tersebut berbentuk syair yang isinya : Menyuruh perempuan tersebut banyak-banyak berbuat amal.

Orang-orang yang hadir pada memperbincangkan petunjuk ini dan mereka menyimpulkan bahwa perempuan ini mungkin akan mendapat malapetaka. Maka mereka mengusulkan perempuan ini untuk Cuo Fu (upacara sembahyang untuk memohon penghindaran malapetaka dan berjanji akan membawa buah-buahan dan makanan setelah malapetaka sudah terhindarkan sebagai rasa terima kasih).

Perempuan ini segera saja melakukan hal tersebut. Sesudah sembahyang dia duduk dengan hati lega, demikian juga dengan orang-orang disekitarnya mengira bahwa sesudah melakukan Cuo Fu segala malapetaka bisa dihindarkan. Saya tidak tahan lalu maju dan berkata kepada perempuan itu :”Cu Sie ingin anda melakukan amal besar, pasti ada maksudnya. Jika anda hanya melakukan Cuo Fu mungkin tidak bisa membantu, karena Cuo Fu tidak sama dengan berbuat amal”.

Perempuan itu malah marah mendengar kata-kata saya :”Kamu anak muda mengerti apa !”
Saya mengerti semua orang suka dipuji dan cara saya tadi mengkritik dia sangat tidak menyenangkan tapi saya tetap berkata :”Membebaskan makhluk hidup dari maut adalah cara yang paling ampuh, apabila anda bisa melepaskan makhluk hidup didepan Dewa, hasilnya pasti lebih baik daripada Cuo Fu”. Sayang sekali kata-kata saya hanya masuk telinga kiri keluar telinga kanan.

Hal ini telah lewat kira-kira 20 hari, saya sendiri sudah lupa akan hal itu. Suatu hari ketika saya pergi ke klenteng tersebut saya mendengar kabar perempuan tersebut sakit keras dan meninggal. Saya ikut sedih mendengarnya. Orang yang bersembahyang di kelenteng sering disebut tahkayul. Memang banyak orang yang tidak mengerti tujuan sembahyang, baik itu orang luar maupun orang yang bersembahyang sendiri. Mereka belum mengerti arti sebab-akibat kebajikan dan kejahatan dan juga arti bersembahyang yang sebenarnya.

(4) MENGUBAH HONG SHUI APAKAH BISA MENGUBAH NASIB ?

Ada banyak orang, melihat teman-temannya menemui nasib yang sial, selalu berkata : lebih baik mangubah Hong Shui anda. Benarkah itu ? Memang benar bahwa Hong Shui bisa membikin orang miskin menjadi kaya, orang sakit-sakitan menjadi sehat, dagangan sepi jadi ramai, suami istri tidak akur jadi akur, dan lain-lain. Tetapi kita harus ingat bahwa “Tanah Hok-kie ditinggali orang Hok-kie”. Ini artinya di dunia ini dimanapun ada tempat Hok-kie saja. Dengan kata lain bahwa orang yang Hok-kienya kurang tidak akan bisa tinggal ditempat yang Hok-kie dan Hong Shuinya bagus. Hok-kie ini bagaimana datangnya ? Di depan tadi ada dibicarakan bahwa Hok-kie itu adalah :
1). Hasil perbuatan baik kehidupan yang lampau
2). Hasil perbuatan baik kehidupan yang sekarang.

Oleh karena itu yang bisa mengubah nasib kita bukanlah Hong Shui tetapi “Ing Kuo” atau sebab-akibat.

Saya mendapat ilmu Hong Shui dari beberapa suhu yang cukup terkenal dan saya sudah menyelidiki cukup lama hubungan antara Hong Shui dan Ing Kuo dari perbuatan kita. Misalnya saja, saya ingin membantu orang yang sangat miskin untukmengubah nasibnya menjadi agak enak dengan mengubah Hong Shui rumahnya dan sudah memberi petunjuk supaya biayanya bisa ditekan semurah mungkin. Tetapi rupanya petunjuk saya dianggap angin lalu.

Inilah yang disebut hukuman karmanya belum selesai sehingga dia tidak bisa memetik nasehat yang benar untuk mengubah nasibnya.

Ada orang yang khusus datang untuk minta tolong saya untuk mengubah Hong Shui rumahnya. Tapi waktu saya lihat rumahnya, saya menyadari bahwa rumahnya sudah tidak ada obatnya. Ini sebenarnya orang tersebut belum berjodoh untuk memiliki rumah yang baik. Ada juga orang yang belum jatuh temponya dia tidak mengubah Hong Shui rumahnya tapi begitu saatnya tiba dia bisa mendadak timbul pikiran untuk mengubahnya. Yang lebih aneh lagi pembangunan disekitar rumahnya bisa membawa akibat bagi nasib seseorang. Pada saatnya tiba, bisa ada pembangunan sesuatu didepannya yang mungkin bisa merubah nasibnya menjadi baik atau buruk tergantung dari keadaan nasib orang tersebut. Semuanya ini tidak akan terlepas dari lingkaran Ing kuo. Oleh karena itu bisa diumpamakan Hong Shui sebagai pohonnya sedang Ing Kuo sebagai akarnya.

Pengaruh Hong Shui terhadap nasib bisa diumpamakan sebagai berikut :
Umpama nasib kita sebagai apel berbibit unggul, tapi penanamannya di Hong Shui (lokasi) yang jelek misalnya di tepi laut. Maka biarpun bibitnya unggul (bernasib baik), tetap saja buahnya tidak bisa maksimum dan sempurna. Sebaliknya bila apel tersebut bibitnya kurang bagus tapi penanamannya di gunung yang sejuk (Hong Shuinya baik dan cocok), maka pertumbuhan pohon tersebut akan sangat dibantu oleh Hong Shui tersebut. Sehingga bisa dikatakan disini bahwa Hong Shui tidak menciptakan bibit dari nasib kita tapi hanya sebagai penunjang nasib kita yang bibitnya ditentukan oleh perbuatan (karma) kita.

(5) CARA UNTUK MENANAMKAN KEBAJIKAN

Banyak orang yang mempunyai persepsi bahwa berbuat amal mesti mengeluarkan uang. Hal ini salah sekali. Memang perbuatan amal dengan mengeluarkan uang bisa juga, misalnya : mendirikan rumah sakit, mendirikan sekolahan, mendirikan panti jompo, mendirikan rumah yatim piatu, menyumbang uang untuk fakir miskin, menyumbang obat-obatan, membangun jembatan dan jalan, menyumbang lampu untuk penerangan, menyumbang pakaian untuk orang miskin, menyumbang peti mati, membangun dan merenovasi rumah beribadah, mencetak buku suci, melepaskan makhluk hidup.

Tetapi ada juga perbuatan amal tanpa harus mengeluarkan uang misalnya : mengurangi pembunuhan makhluk dengan Cia-cai (vegetarian), mendamaikan pertentangan, tidak mendesas-desuskan keburukan seseorang, menyebarkan ajaran kebajikan, memungut benda-benda berbahaya dari jalanan (kulit pisang, paku dan lain-lain), menuntun orang tua, anak kecil, orang buta, orang cacat menyeberang jalan atau naik kendaraan umum, memberi tempat duduk kepada orang tua, orang hamil, membantu orang yang sakit mendadak dijalan, memberi semangat kepada orang yang putus asa, mengakurkan keluarga yang cekcok, menasehati orang untuk meninggalkan jalan yang sesat, memaafkan kesalahan seseorang, sering membaca kitab suci untuk membantu seseorang terhindar dari malapetaka, menyumbang darah untuk menolong orang, dan lain-lain.

Berbuat amal juga bukan diukur dari besar kecilnya uang yang kita berikan tapi dari besar kecilnya ketulusan hati kita. Misalnya orang kaya menyumbang satu juta rupiah, bagi dia hal itu ukuran kecil, tapi si miskin yang menyumbang seratus ribu rupiah yang merupakan uang untuk hidupnya selama beberapa minggu cukup besar artinya, tapi dia dengan tulus menyumbangkan untuk membantu seseorang. Dalam hal ini si miskin lebih besar jasanya daripada si kaya.

Andaikata si A dan si B dari keadaan yang sama dalam hal kekayaan, tapi setelah menyumbang si A selalu mengingat jasanya. Tapi si B tidak pernah menaruh pamrih di dalam hatinya. Dalam hal ini jasa si B lebih besar daripada si A. Dalam buku Buddha juga pernah ditulis “Dimana tidak ada kebajikan, disana ada kebajikan yang besar”. Maksudnya : apabila seseorang tidak pernah menaruh pamrih atas jasa kebajikannya didalam hatinya, maka perbuatan amalnya merupakan jasa yang besar.

Mempunyai hati yang welas asih merupakan perbuatan amal. Semua nabi dari semua agama pasti mempunyai hati yang welas asih dan sebelum dia bekerja sebagai nabi, pasti sudah mempunyai tujuan untuk membantu manusia terlepas dari kesengsaraan dunia. Berbuat sesuatu yang bisa berguna bagi umat manusia adalah suatu amal yang sangat besar.

Perbuatan amal juga diukur melalui kekal tidaknya hasil perbuatan tersebut. Misalnya si A dan si B membantu si C yang bersalah karena menghisap ganja. Si A membantu si C untuk membayarkan hutang-hutangnya dan mencarikan pengacara untuk membela si C supaya jangan sampai dihukum mati. Sedangkan si B membantu si C dengan memberikan nasehat-nasehat supaya si C sadar dan kembali ke jalan yang benar. Dalam hal ini jasa si B lebih besar daripada jasa si A, karena si B menyadarkan si C untuk selamanya, sehingga si C tidak akan mengulangi lagi perbuatannya yang salah tersebut.

Dari contoh-contoh di atas jelaslah bahwa jasa si kaya tidak selalu lebih besar dari si miskin.

(6) CARA TERBAIK BAGI ORANG MISKIN UNTUK BERBUAT AMAL

Banyak cara untuk berbuat amal, tapi banyak perbuatan amal yang harus ada kesempatan baru bisa dikerjakan seperti menolong orang sakit, menuntun orang buta menyeberang jalan dan lain-lain. Dan kesempatan ini tidak setiap hari ada dan mungkin memerlukan waktu untuk mengerjakannya. Sudah tentu orang yang mempunyai maksud tersebut pasti tidak akan melepaskan setiap ada kesempatan.

Dalam melakukan perbuatan amal, kita tidak bisa hanya menunggu kesempatan tapi harus berusaha sendiri mencari kesempatan. Ini baru bisa merubah nasib kita. Disini akan diperkenalkan beberapa cara untuk berbuat amal yang mudah dan murah.

(A) Cara pertama adalah membaca kitab suci (Liam Keng).
Ini adalah cara yang termurah, baik yang kaya maupun yang miskin bisa melakukannya, tapi harus mempunyai rasa percaya dan sabar.

Dalam Liam Keng kita harus punya keyakinan yang besar dan mempunyai kesabaran yang besar, jangan baru membaca seminggu sudah tidak tahan dan berhenti.

Kitab suci adalah ibarat kapal sakti dari Dewa dan Buddha. Dengan membaca kitab suci seakan-akan kita menaiki kapal sakti tersebut untuk menyberangi lautan penderitaan duniawi. Segala mantera atau ayat dikitab suci adalah sumpah janji para Dewa dan Buddha, orang yang membaca kitab suci tersebut asalkan tulus dan sabar, lama-lama pasti ada hasilnya. Para Dewa dan Buddha pasti mengabulkan permintaan orang tersebut sesuai dengan sumpahnya.

Seperti contohnya : Dalam kitab suci “Ta Pei Cou” Dewi Kwan Im pernah bersumpah didepan Buddha bahwa apabila manusia mau membaca kitab suci “Ta Pei Cou” terus menerus setiap hari, kalau mereka tidak bisa ke nirwana, saya bersumpah tidak akan mau menjadi sempurna seperti Buddha, demikian juga apabila mereka memohon sesuatu dengan membaca kitab suci tersebut saya bersumpah juga akan mengabulkannya. Umumnya kalau membaca kitab suci, harus benar-benar tulus dan percaya sepenuh hati dan dilakukan setiap hari dengan membaca paling sedikit 100 kali. Pada masa pembacaan biasanya dilakukan pagi hari sesudah mandi dan tidak boleh makan daging (vegetarian) selama masa pembacaan. Lamanya pembacaan bervariasi tergantung cepat lambatnya reaksi yang diberikan para Dewa, Posat dan Buddha terhadap permohonan kita, ada yang membaca sampai 49 hari, ada yang membaca sampai 1000 kali.

Selain buku suci “Ta Pei Cou”, kitab suci “Ko Ong Kwan Sie Im Keng” juga banyak dibaca orang dan banyak menolong orang. Saya sendiri sudah pernah mengalami hasil pertologanNya. Buku tersebut bisa didapat di setiap vihara.

Pada saat pembacaan, hati harus tenang, sabar, kedua telapak tangan dirapatkan, mata ditutup, konsentrasi, jangan terlalu cepat membacanya dan suaranya pelan saja. Sambil kita membaca sambil mendengarkan suara kita sendiri dan dimasukkan ke dalam hati, sehingga terjadilah “Keluar mulut, masuk telinga, tercetak di hati”. Demikianlah setelah lama membaca, tenaga batin kita bertambah kuat dan setelah membaca hati bisa terasa damai dan sejahtera. Apabila waktu membaca, hati memikirkan hal-hal yang lain, biar membaca sampai tenggorokan putus juga tidak akan ada hasilnya.

(B) Cara kedua adalah melepaskan makhluk hidup.

Menurut ilmu kedokteran bahwa orang yang terlalu banyak makan daging atau seafood bisa terjangkit bermacam-macam penyakit, misalnya : daging yang kita makan mengandung bibit kanker, hal ini bisa sedikit banyak memberikan bakat kanker ke dalam tubuh kita. Misal lain kita makan kerang rebus, hal ini bisa menyebabkan kita terserang penyakit hepatitis A atau B, karena didalam kerang biasanya terkandung banyak sekali bakteri yang menyebabkan penyakit hepatitis. Meskipun ada resiko tersebut, tetapi di jaman penuh kenikmatan dunia ini, manusia jadi lupa akan bahaya tersebut. Selain bahaya penyakit tersebut manusia tidak menyadari juga bahaya yang datang dari karma hukuman dari perbuatan mereka.

Apabila manusia lebih seksama memperhatikan masalah ini, kita bisa lebih cepat tanggap bahwa semua binatang juga mempunyai jiwa, pikiran dan perasaan. Apakah benar binatang itu dilahirkan khusus untuk menjadi makanan manusia ? apakah mereka tidak diberi hak untuk hidup untuk memilih caranya sendiri dalam mencari kehidupan ? Apakah manusia kalau tidak memakan makhluk hidup yang lain tidak bisa hidup ? Apakah dengan memakan darah dan daging makhluk hidup yang lain lalu manusia bisa menjadi makhluk tertinggi ciptaan Thian Kong (Tuhan).

Kita sering melihat keadaan binatang sebelum dibunuh, mereka ada yang menangis sedih, ada yang berontak, ada yang mengeluarkan sinar mata minta dikasihani, ada yang mengeluarkan sinar mata penuh kebencian. Dari sini kita bisa tahu binatang juga mempunyai jiwa dan perasaan dan demi kepuasan manusia, manusia membunuh mereka tanpa memperdulikan perasaan binatang tersebut. Betapa kejamnya ! Satu contoh nyata dari kekejaman manusia : Kejadian ini terjadi pada diri teman saya yang suka berburu. Suatu hari dia menembak seekor kera betina dan mengenai dadanya, tetapi sebelum mati dia mencari anaknya yang masih sangat kecil dan membawanya ke atas pohon untuk ditaruh disarangnya, baru dia rela mati. Betapa menyedihkan ! Demi kepuasan pribadi untuk bisa memakan daging kera tersebut anak kera yang masih sangat kecil itu harus kehilangan ibu. Sebaliknya apabila manusia bisa melepaskan mereka dari kematian yang mengancam mereka, sudah barang tentu mereka akan sangat berterima kasih dan ini menunjukkan sifat welas asih dari manusia yang sangat didukung oleh para Buddha.

Melepaskan makhluk hidup dari ancaman maut selain menolong mereka, secara tidak langsung kita sudah mengatur suatu karma yang baik buat kita. Perbuatan ini sangat menolong bagi mereka yang menderita penyakit aneh, mengharapkan panjang umur, mengharapkan anak. Binatang yang kita lepas harus dilepas dilingkungan yang sesuai.

(C) Cara yang ketiga adalah berjanji untuk tidak makan daging (vegetarian).

Cara ini adalah cara yang paling hemat dalam perbuatan amal. Menjadi vegetarian tidak selalu harus seumur hidup karena situasi dan kondisi masyarakat kita sekarang. Tetapi bisa disesuaikan dengan keadaan masing-masing dan sesuai dengan permohonan kita, misalnya beberapa bulan, setengah tahun, setahun, tiga tahun, lima tahun, dan seterusnya. Permohonan kita bisa minta jodoh, bisnis yang stabil, keluarga yang harmonis, dan lain-lain. Tetapi dilarang keras minta istri muda, harta yang melimpah, judi dan lain-lain.

Pada saat berjanji mau menjadi vegetarian, lebih baik datang sendiri ke vihara. Setelah membersihkan diri lalu bersembah sujud didepan Buddha / Posat dan berjanji secara tulus dan penuh kepercayaan. Permintaan pasti bisa terkabul. Orang yang sudah berjanji harus bisa menjalankannya sampai tuntas kalau tidak bisa bertambah dosa.

(D) Cara keempat adalah menolong orang miskin dan kesusahan.

Cara ini meskipun harus memakai uang tapi tidak harus dengan uang yang banyak. Sering kita lihat dikoran, orang yang terkena bencana, sakit dirumah sakit tidak ada biaya, dan lain-lain. Kita bisa melalui yayasan menyumbangkan uang semampu kita atau kalau kita ada waktu bisa datang sendiri untuk menyerahkan sumbangan kita. Seperti disinggung didepan bahwa besarnya sumbangan bukan menjadi tolok ukur dari besarnya amal kita, tapi dari besarnya ketulusan dan keinginan hati kita.

Lebih baik sumbangan kita tidak usah ditulis nama kita agar jasa amal kita menjadi lebih besar.

(E) Cara kelima adalah berkunjung ke rumah jompo.

Pada saat berkunjung kita boleh membawa oleh-oleh sesuai dengan kemampuan kita, misalnya : buah-buahan, kue kering, susu bubuk dan lain-lain. Mereka sangat gembira bila ada orang yang menjenguk mereka. Kita bisa sekalian menjenguk mereka dan membantu bila diperlukan, misalnya : mengambilkan air minum, mengajak ngobrol, merapikan pakaian mereka dan lain-lain.Pada saat membagikan oleh-oleh kita, para orang tua tersebut menerimanya dengan tangan yang gemetar dan mata yang berkaca-kaca sambil mulutnya tersungging senyum bahagia. Saat itu kita bisa benar-benar bisa merasakan perbuatan kita itu mengandung welas asih yang sangat dibutuhkan mereka.

(F) Cara keenam adalah berkunjung ke rumah yatim piatu.

Pada saat berkunjung kita boleh membawa ole-oleh sesuai dengann kemampuan kita misalnya makanan, pakaian, mainan dan lain-lain. Para yatim piatu sejak kecil tidak pernah merasakan kasih saying Papa dan Mamanya dan tidak pernah merasakan kehangatan suatu rumah tangga. Kita datang kesana dengan membawa oleh-oleh dan rasa kasih sayang yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak tersebut. Perbuatan tersebut juga mengandung welas asih yang sangat besar.

(G) Cara yang terakhir adalah dengan mencetak kitab suci.

Mencetak kitab suci bisa membantu manusia, berubah dari jahat menjadi benar, dari jalan sesat ke jalan yang benar. Mencetak kitab suci dan menyebarkannya ke orang lain mempunyai jasa amal yang sangat besar.

Besarnya amal bukan diukur dari banyaknya cetakan tapi dari keinginan hati kita untuk merubah manusia menjadi benar melalui cetakan kitab suci tersebut.

(7) KENAPA BISA TERJADI : ”ORANG BAIK BALASANNYA KURANG BAIK ?”

Saya ada beberapa teman, biasanya mereka gemar menolong orang, baik secara moril maupun material. Tapi tak lama kemudian malah menjadi musuh gara-gara bermacam-macam alas an. Mereka merasa heran kenapa dia membantu orang, malah orang tersebut membalasnya dengan perbuatan yang tidak baik. Apakah hukum karma sudah tidak berlaku lagi ?

Buddha pernah bersabda bahwa “Menanam biji semangka hasilnya semangka, menanam biji kacang hasilnya kacang”. Hidup sekarang ini sering dikecewakan orang, hidupnya yang lalu pasti sering mengecewakan orang. Hidup sekarang sering membantu orang adalah menanamkan Hok-kie yang akan datang. Tetapi jangan sekali-sekali setelah menolong orang lalu mengharapkan balasan dari orang tersebut. Juga jangan selalu mengharapkan kapan saya mendapatkan balasan dari karma. Pikiran ini malah bisa menjauhkan kita dari karma baik kita. Pokoknya suatu hari Hok-kie yang kita tanam tersebut pasti bisa datang sendiri kepada kita.

Saya mempunyai seorang teman dengan pekerjaannya sebagai tukang jagal. Setelah beberapa tahun bekerja dan mengumpulkan uang yang lumayan, dia mulai belajar agama Buddha dan bertobat menjadi tukang jagal. Sebagai gantinya dia membuka tempat pembersihan (cleaning co.). Sejak belajar agama Buddha , dia sering berbuat amal, menyebarkan agama Buddha, membantu teman-teman dengan mengajak kongsi dalam usaha dan lain-lain. Tapi tak lama kemudian setelah dia mulai berbuat amal, tiba-tiba teman kongsinya melarikan uang dia. Dia saking marahnya, hampir saja menjadi gila. Dia tak habis mengerti kenapa dia sering berbuat amal tapi balasannya begitu. Saking marahnya dia sering didepan Buddha dan Posat memohon supaya temannya ini supaya kaki dan tangannya putus dan agar hukumannya dijatuhkan pada kehidupan yang sekarang. Masalah ini saya juga mendengar dan pada malam hari sewaktu saya merenung sendiri, saya tiba-tiba sadar bahwa semua ini sebenarnya adalah bantuan dari Dewa. Teman saya ini dulunya sebagai tukang jagal, mempunyai dosa yang luar biasa dan hukumannya sangat berat, tapi karena perbuatan amalnya akhir-akhir ini, para Dewa ingin membantu mengurangi hukuman dia di kehidupan yang akan datang, maka dia harus mengalami kerugian material tersebut. Sebenarnya dia malah harus berterima kasih kepada para Dewa.

Memang otak manusia sangat kecil untuk bisa mengerti kehendak / rencana Thian Kong. Kita tidak bisa dengan suatu kejadian langsung menganggap Thian Kong adil atau tidak adil. Yang pasti hokum “aksi-reaksi” tidak akan musnah dari dunia ini. Karma akan tetap kekal di dunia ini dan keputusannya pasti sangat adil.

(8) BEBERAPA CONTOH CERITA YANG PERNAH TERJADI TENTANG CARA MENGUBAH NASIB

Mau mengubah nasib, ngomong teori saja gampang, tapi melakukannya benar-benar sulit. Meskipun kita mengerti caranya mengubah nasib, tapi pelaksaannya sangat sulit karena harus mengorbankan beberapa hal misalnya tenaga, pikiran, waktu, material dan lain-lain. Lagipula harus dilakukan dalam jangka waktu yang panjang baru terlihat hasilnya.

Banyak sekali orang yang pada saat melakukannya pertama kali begitu yakin, tapi setelah lewat beberapa lama belum ada hasilnya, mereka mulai putus asa dan bimbang. Mereka lalu hanya menyerah kepada nasib.

(A) Dengan menggunakan kemauan yang teguh dengan manusia sebagai factor untuk mengubah nasib, perkawinan yang hancur bisa baik kembali. Di kota kelahiran saya, ada seorang perempuan bernama Wang Siao Cen. Dia ke kelenteng untuk Ciam Sie menanyakan nasib perkawinan dia. Setelah ditanyakan penjelasannya kepada suhu disana, ternyata perkawinannya tidak bisa tertolong lagi dan hal ini memang disebabkan oleh Wang Siao Cen sendiri yang mempunyai tabiat keras. Mereka sekarang sudah berpisah tempat tinggal. Wang Siao Cen sendiri sudah ingin kembali kepada suaminya. Tapi karena gengsi dia tetap mempertahankan diri. Wang Siao Cen memohon suhu tersebut untuk melihat nasib dia melalui Pat Tze (ilmu hitung ramalan). Ternyata memang nasib dia harus cerai dan kalau tidak ceraipun suaminya akan mati muda. Wang Siao Cen lalu bertanya :”Apakah ada cara untuk mengkiasnya?”. Pertanyaan ini sering mucul dari orang-orang yang bernasib jelek. Suhu itu menjawab :”Caranya ada, tapi pelaksanaannya sangat sulit, seribu orang belum tentu satu orang bisa berhasil”. Wang Siao Cen menjawab :”Bagaimanapun sulitnya asal ada cara pasti akan saya jalankan. Dalam hati suhu itu berpikir, perempuan ini hanya emosi saja, sebentar lagi kalau sudah menjalani pasti akan putus asa, dan dia berkata :”Caranya ada tapi akan memakan waktu yang cukup lama”.
Wang Siao Cen bertanya :”Berapa lama”.
Suhu itu menjawab :”Kamu tidak perlu tanya waktunya, kalau kamu percaya, kamu lakukan sekuat tenaga sampai tujuan”.
Wang Siao Cen segera menjawab :”Baik, saya akan lakukan sekuat tenaga”.

Sebelumnya suhu menjelaskan mengenai “aksi-reaksi” dari hukum karma yang sangat adil. Lalu diajarkannya cara membaca kitab suci “Ko Ong Kwan Sie Im Keng”. Setelah membaca sebanyak 800 kali, dia datang kepada suhu dan mengatakan bahwa reaksi dari suaminya belum ada, tetapi reaksi dari teman-teman sekerjanya sudah ada. Dulunya teman-teman sekerjanya kalau melihat dia langsung melengos. Tapi sekarang hubungannya dengan teman-teman sudah membaik dan atasannya juga sangat sayang dia. Suhu mengatakan :”Karma dalam perkawinan anda cukup berat, jadi harus memakan waktu untuk bisa akur kembali”.

Wang Siao Cen mengerti itu dan dia tetap membaca kitab suci sambil terus menerus melakukan kebajikan. Dia sering mengajak beberapa ibu rumah tangga untuk ikut dalam pembacaan kitab suci, melakukan amal dan lain-lain. Pokoknya dia berbuat amal semaksimal mungkin. Tapi setelah lewat beberapa lama, suaminya masih belum memberikan reaksi. Dia mulai goyah kepercayaannya, untung teman-temannya memberi dia semangat untuk tetap teguh. Disamping itu dia juga mendengar bahwa suaminya jatuh pailit dan bekerja sebagai pegawai tinggi. Suaminya sering keluar kota untuk urusan bisnis dan sampai sekarang belum punya teman wanita.

Wang Siao Cen tetap giat melakukan amalnya. Setengah tahun kemudian, dia mendengar dari familinya bahwa biarpun bisnis suaminya tidak lancer, tapi suaminya tetap ingat dia. Wang Siao Cen senang sekali, dia tahu hasilnya sudah mulai tampak.

Sebulan kemudian, tiba-tiba suaminya menelpon. Dia gembira sekali. Setelah melalui beberapa kali pertemuan, lalu mereka memutuskan untuk memulai hubungan mereka lagi. Sejak itu mereka hidup bahagia di rumah mereka yang baru.

Tapi ternyata cerita mereka belum selesai sampai disitu. Tidak beberapa lama kemudian, ternyata bahwa suaminya mengidap penyakit kanker. Dan menurut dokter kanker tersebut termasuk yang ganas dan sudah sampai tahap yang gawat. Wang Siao Cen kembali ke suhu tersebut untuk minta penjelasan. Suhu tersebut bilang bahwa memang sudah takdir Wang Siao Cen harus kehilangan suami.

Waktu lalu Wang Siao Cen banyak berbuat amal dengan harapan perkawinannya bisa dipulihkan kembali. Ternyata berhasil ! Maka kali ini Wang Siao Cen harus mulai lagi berbuat amal dengan tekad bahwa takdir bisa dirubah dengan memperbaiki karma kita. Berdasarkan saran suhu tersebut maka Wang Siao Cen bertekad untuk menjalani lagi dengan harapan suaminya bisa sembuh. Tapi karena perbuatan amal tersebut memakan waktu dan tidak bisa menunggu terlalu lama. Maka suhu menganjurkan untuk ke kelenteng dan bersujud di depan Buddha / Posat sambil bersumpah akan melakukan amal selama dua tahun dan mohon bantuan para Buddha / Posat supaya suaminya bisa disembuhkan. Bila berjanji didepan para Buddha / Posat pelaksanaannya harus dilakukan secara sungguh-sungguh kalau tidak malahan bisa bertambah dosa, karena sepertinya menipu para Buddha / Posat.

Disamping terus membaca kitab suci dan berbuat amal. Wang Siao Cen juga memberi nasehat kepada suaminya supaya punya kepercayaan diri dan menjaga diri baik-baik. Para dokter yang didatangi selalu bilang bahwa suaminya sudah tidak ada harapan. Tapi Wang Siao Cen pada keyakinannya. Keteguhan hatinya inilah yang akhirnya memberikan kemenangan baginya.

Pada masa-masa kritis tersebut tiba-tiba terdengar kabar bahwa ada seorang dokter ahli kanker yang sangat terkenal datang berkunjung dari luar negeri. Melalui bantuan teman-teman dan usaha yang tidak sedikit akhirnya dia berhasil menemui dokter tersebut. Melalui pemeriksaan dokter tersebut, ternyata masih ada harapan. Dokter ini bersedia melakukan operasi dengan turun tangan sendiri. Ini adalah kerjaan para Posat secara diam-diam melalui tangan dokter tersebut. Disini terbukti permohonannya tidak sia-sia dan asalkan ada kemauan takdir sebenarnya bisa dirubah.

Setelah melalui operasi tersebut suaminya dinyatakan sudah terlewat dari masa kritis. Saking gembiranya Wang Siao Cen sampai menangis. Dia tidak tahu harus dengan apa membalas budi para Buddha / Posat. Selain menyanyikan lagu-lagu pujian, berbuat amal adalah cara yang terbaik untuk membalas budiNya.

CARA YANG SANGAT MANJUR UNTUK MENGHILANGKAN NASIB SIAL

Ini adalah salah satu cara berdoa agama Buddha yang bernama “Mantra Ta Pai San Kai Fo Mu”

Mula-mula letakkan gambar Ta Pai San Kai Fo Mu dan gambar lingkaran mantera (baiknya ditempel di kaca yang tepinya berwarna kuning) ditempat sembahyang. Sediakan didepannya air minum digelas, kembang segar, buah-buahan. Bersihkan badan dan tangan, lalu sulutlah 3 batang Hio dan bersujud.

(1) Bacalah : “Ie Sin Fong Jing Ta Pai San Kai Fo Mu”.
Artinya : Mengundang dengan tulus Ta Pai San Kai Fo Mu
Bacalah tiga kali

(2) Bacalah kata-kata pujian : Ie Jiek Ru Lai U Sang Ting, Hao Sen Oei Miau Shien Thien Mu. Oei Tek U Tik Pai San Kai, Ming. Jen Bu Wen Wuo Ting Lie.

(3) Bacalah : Hong, Cin Kang Ting Cie Tao Hui Ce Mu, Cie Jien Sou Shen Mu, Jien Mien Shen Mu, Pai Jien Wan Yen Shen Mu, Pu Erl Ce Ran, Ci Cong Siang Cin Kang Guan Guang Tao Pai Mu. Cu Cai Sam Ciek Cung Oei, Ciang ***** (sebut nama kita) Hie I Jiek Cong Sen, U Siang Tze Mo, Yu Siang Tze Yen, Cig Ji Da Suo Yu I Jie Cai Nam Ten Ten, Sik Siau Ju Cing. Ken Tek Cu Fou Pousat Re Ie Sing Tuo Ci Shen Fu Jek, I Jiek Suo Jiu, U Pug Rug Yen, Guo Tai Ci Siang, Gang Ning An Lou.

Baca sekali

(4) Bacalah : Ta Pai San Kai Fo Mu.
Sebanyak 108 kali.
Lalu mantera : Om, Salva, Tatagata, Uniga, Shitagtapace, Om pi, Om ma ma, Om ni, Suo ha.

Waktu membaca mantera boleh mengarah ke gelas yang berisi air, setelah membaca airnya boleh diminum, atau diberikan ke orang lain.

(5) Bacalah : Yen Hi Suo Song Kong Tek, Su Jen pai San Kai Mu, Hui Shi Liok Tao Cung Sen, Gu Nan Pai Ci U Hi.

Lalu menyembah tiga kali.


Buku ini dipersembahkan dengan penuh cinta kasih sebagai PELIMPAHAN JASA untuk mengenang

Lim Un Se
Lahir : Tiongkok Cina, 6 Desember 1913
Wafat : Ngabang Kalimantan Barat, 1958

Heng Kha Kiau
Lahir : Tiongkok Cina, 29 Desember 1919
Wafat : Jakarta, 26 Agustus 1996

Lie Tho Nio
Lahir : Palembang, 1933
Wafat : Palembang, 18 Oktober 1991

Kusumadi Kakalim
Lahir : Ngabang, 4 Mei1946
Wafat : Jakarta, 20 Agustus 1998

Semoga dengan kekuatan dari kebajikan ini, almarhumah dapat mencapai kehidupan yang lebih baik dan tenteram sampai akhirnya mencapai Nirwana (Kebebasan Mutlak)

Bagi anda – para donator – yang ingin mencetak ulang buku ini atau buku-buku Dharma lainnya untuk disumbangkan dengan cuma-Cuma dapat menghubungi :

Sdr. THIO HERMAN SETIADY
Jl. Talas No. 26 / 176
HP : 0812 8138 209
Tlp : (021) 7588 1686
Jakarta Barat – 11180

No comments:





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca, silahkan tulis komentarmu di sini :) Saya akan sangat senang untuk meresponnya