26/07/10

Beberapa cerita

Sekarang, saya akan mencoba untuk mengeluh. Melalui tulisan ini tentunya. Beberapa waktu, saya coba vacum dari kebiasaan mengeluh yang sungguh-sungguh tidak saya sukai. Karena tidak suka, jadinya coba vacum dan berharap bisa hilang untuk selamanya.



Beberapa lama bersama teman-teman, saya menyadari bahwa lelaki mengeluh menunjukkan bahwa dia sangat tidak jantan dan super manja. Bagaimana saya dapat mengatakan hal sejahat itu?? Tentu saja. Dipikirkan menggunakan logika, memang demikian. Jika dalam kondisi wanitanya sedang dalam bahaya, misalnya ada yang menembakkan pistol pada wanita. Sebagai pria yang penuh keluhan, tentu sangat menyayangkan dirinya begitu saja mati hanya untuk seorang wanita. Sangat tidak berguna bukan pria semacam ini?? Penuh bicara juga menunjukkan bahwa seseorang adalah orang perfeksionis dan tidak ideal jika pria memiliki sifat yang satu ini. Pada umumnya, perfeksionis dimiliki pria-pria bersifat feminim.

Saya mengeluh seperti ini karena seorang teman saya membuat saya tidak nyaman dan berharap dia bisa mengendalikan dirinya selayaknya seorang jantan sejati.

Memasuki minggu kedua sekolah, saya sudah mulai mengenal teman-teman. Siang tadi di sekolah, tepatnya pada istirahat kedua, seorang teman mengajak saya berbicara. Tentu saja, alasan utama dia mengajak saya berbicara adalah menjadikan saya pelarian karena tiada orang yang dapat diajaknya berbicara. Saya terbiasa dijadikan sebagai pelarian. Saya rasa saya terlalu baik, sehingga sering bodoh untuk rela menjadi pelarian. Kami berbicara beberapa hal tentang dirinya. Sambil ia berkipas dengan modul ekonomi saya, hingga ronyok pada siang yang gerah ini. Dia adalah teman yang merantau dari wilayah terpencil di provinsi ini, Kalimantan Barat, menuju kota besar, Pontianak. Kota ini tidaklah terlalu besar jika dibandingkan kota di provinsi-provinsi lain. Akan tetapi, tetap terbaik dalam wilayah ini.

Aku bertindak sebagai wartawan. Menanyakan berbagai hal kesehariannya.

Kata teman ini, dia merantau ke kota ini. Segalanya, ia lakukan sendiri. Ia hidup seatap dengan abang sepupunya. Namun, mereka tidak dekat dan bahkan mengurusi segala hal sendiri-sendiri.

Mamanya, mengirimi dia uang. Dan saya rasa tentu saja cukup.

Setiap hari, dia membeli nasi di rumah makan sekitar rumahnya. Tak sempat ia memasak. Tentu saya mengerti, sekolah kami sangat rajin memberi kami kesibukkan dengan berbagai tugas dan ulangan.

Baju-bajunya, ia cuci sendiri. Ia mengatakan bahwa mencuci dalam waktu tiga hari sekali, sangat melelahkan. Kalau sehari sekali, tidak. Dari pernyataan tersebut, dapat saya simpulkan bahwa dia mencuci bajunya setiap hari. Dia mengaku bahwa baru waktu terakhir setelah tidak menyewa jasa bibi cuci baju, dia mencuci sendiri. Saya mengerti benar mengapa dia berhenti menyewa jasa itu. Pembayaran 3 hari adalah Rp 150.000,-. Bukan harga yang murah untuk sebuah jasa cuci baju. Pembantu di rumah saja, pembayaran sebulan hanya Rp 300.000,- lebih.

Cerita lain...

Pagi ini, saya mimpi hal aneh. Seperti mimpi saya seperti biasanya. Saya mimpi melihat dan memegang beberapa uang koin perak bernominalkan 20 dan 30, juga 50. Saya tidak memperhatikan yang 50 pada mimpi ini. Saya terpaku pada 20 dan 30. Dalam mimpi, saya sangat terpukau dapat memegang dan melihat koin bersejarah seperti itu. Bukankah mata uang rupiah tidak memiliki nominal tersebut?? Dan gambar lambang pada kedua koin itu sama. Saya tidak ingat jelas gambar apa, tetapi gambar itu mirip sayap burung atau mahkota bunga tak beraturan. Saat saya menceritakan mimpi saya ini pada guru saya untuk mendapat penjelasan dan saran, ternyata dia langsung berfikir ke togel, hehe.

Selain mimpi itu, tiba-tiba mimpi saya berubah setting.

Saya bermimpi bahwa saya akan mengirim sms kepada teman saya.

Sayang, sms tidak terkirim keburu saya dibangunkan oleh suara mami atau kakak pembantu. Saya lupa.
Hal pertama yang saya lakukan setelah bangun, saya tidak bangun dari tempat tidur. Saya mengambil HP saya untuk mengecek, siapa tahu ada balasan lanjutan dari pembicaraan bersama teman-teman saya. Setelah membalas sms teman saya, saya antara setengah sadar dan tidak, mengetik sms kepada teman dalam mimpi. Saya mengatakan bahwa saya bermimpi akan mengirim sms padanya. Saat mencari nomor handphonenya, saya sadar bahwa saya tidak memiliki nomor handphonenya. Betapa aneh, mimpi menjadi kenyataan.

Cerita lain...
Hingga sekarang, saya berfikir aneh. Saya menyadari bahwa saya sangat lambat dalam mengerjakan berbagai hal. Mandi saja harus menghabiskan setidaknya 30 menit, saya merasa itu hanya berlalu 5 menit. Setiap kali ke WC sekolah bersama beberapa teman, selalu saya yang keluar terakhir dan kalimat yang sama berulang, "Lamanye gak kau...". Setiap mengetik tulisan seperti ini, saya perlu beberapa jam. Minimal 1 jam. Betapa ironis bukan? Saya berusaha semampu saya untuk lebih cepat, apa daya, saya sangat lambat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca, silahkan tulis komentarmu di sini :) Saya akan sangat senang untuk meresponnya